Tiga Saudara

Sabtu, 07 April 2018

PENGUKUR PANJANG BENDA DIGITAL MENGGUNAKAN SENSOR ULTRASONIK HCSR04 BERBASIS ARDUINO

PENGUKUR PANJANG BENDA DIGITAL MENGGUNAKAN SENSOR ULTRASONIK HCSR04 BERBASIS ARDUINO


PENDAHULUAN
Alat ukur panjang benda berbasis Arduino adalah alat ukur yang menggunakan sensor ultrasonic HCSR04 sebagai penangkap sinyalnya serta Arduino sebagai mikrokontroler. Dengan cara meletakkan benda didepan sensor tersebut, maka dapat diketahui panjang benda secara otomatis yang didisplay pada LCD. Sensor ini menangkap sinyal dari ujung benda.

Sensor HCSR04 ini memiliki 4 kaki. Sensor ini memiliki pemancar suara ultrasonic dan penerima pantulan suara ultrasonic dalam satu modul, oleh sebab itu memiliki kaki trigger dan echo, namun ada juga tipe sensor ultrasonic yang kaki echo dan trigger langsung menjadi satu kaki tanpa terpisah.
Cara kerjanya yaitu saat kita meletakkan benda didepan sensor ultrasonic, maka sensor tersebut akan memantulkan sinyal ultrasonic dari ujung benda (objek yang berada di depannya) dan kembali menuju sensor tersebut.

ALAT DAN BAHAN
Rangkaian pengukur panjang benda digital menggunakan sensor ultrasonic HCSR04 berbasis Arduino ini membutuhkan komponen-komponen sebagai berikut:
1. Sensor Ultrasonik HCSR04
2. LCD 2x16
3. Project Board
4. Arduino Uno
5. Kabel Jumper Male to Male
6. PC Windows 7.0 atau lebih tinggi
7. Software Arduino

LANGKAH-LANGKAH
Langkah Perancangan Hardware:
Hubungkan pin sensor ultrasonic, pin Arduino, dan pin LCD seperti pada skema dibawah ini dengan menggunakan kabel male to male. Pastikan kabel terhubung dengan benar. Kemudian hubungkan kaki pada LCD ke Arduino sesuai dengan petunjuk berikut:




Keterangan:
Kaki A1 LCD dihubungkan ke pin A1 pada Arduino
Kaki A2 LCD dihubungkan ke pin A2 pada Arduino
Kaki GND LCD dihubungkan ke pin GND pada Arduino
Kaki 5V LCD (VCC) dihubungkan ke pin 5V pada Arduino
Kaki A1 LCD dihubungkan ke kaki Echo pada sensor Ultrasonik
Kaki A2 LCD dihubungkan ke kaki Trigger pada sensor Ultrasonik
Kaki GND LCD dihubungkan ke kaki GND pada sensor Ultrasonik
Kaki 5V LCD (VCC) dihubungkan ke kaki VCC pada sensor Ultrasonik

Selanjutnya untuk kaki VCC dan GND pada sensor ultrasonic ini sudah jelas ke pin 5V dan ke pin GND pada Arduino. Kemudian untuk kaki trigger dihubungkan ke pin A1 pada Arduino dan kaki echo ke pin A2 pada Arduino.

Langkah Perancangan Software:
Perancangan software untuk pengukur tinggi badan digital ini sebagai berikut:
Kodingan untuk sensor ultrasonik tanpa LCD (hasil ditampilkan pada serial monitor)

#include <NewPing.h>

#define TRIGGER_PIN  A2  // Arduino pin tied to trigger pin on the ultrasonic sensor.
#define ECHO_PIN     A1  // Arduino pin tied to echo pin on the ultrasonic sensor.
#define MAX_DISTANCE 41 // Maximum distance we want to ping for (in centimeters). Maximum sensor distance is rated at 400-500cm.

NewPing sonar(TRIGGER_PIN, ECHO_PIN, MAX_DISTANCE); // NewPing setup of pins and maximum distance.
void setup() {
  Serial.begin(115200); // Open serial monitor at 115200 baud to see ping results.
}
void loop() {
  delay(1000);                     // Wait 50ms between pings (about 20 pings/sec). 29ms should be the shortest delay between pings.
  Serial.print("Panjang Benda: ");
  Serial.print(41-sonar.ping_cm()); // Send ping, get distance in cm and print result (0 = outside set distance range)
  Serial.println(" cm");
}



Kodingan gabungan untuk sensor ultrasonik yang hasilknya akan ditampilkan pada LCD sebagai berikut:
#include <NewPing.h>

#define TRIGGER_PIN  A2  // Arduino pin tied to trigger pin on the ultrasonic sensor.
#define ECHO_PIN     A1  // Arduino pin tied to echo pin on the ultrasonic sensor.
#define MAX_DISTANCE 41 // Maximum distance we want to ping for (in centimeters).

NewPing sonar(TRIGGER_PIN, ECHO_PIN, MAX_DISTANCE); // NewPing setup of pins and maximum distance.
#include <LiquidCrystal.h>

LiquidCrystal lcd(8, 9, 4, 5, 6, 7);
void setup() {
  Serial.begin(115200); // Open serial monitor at 115200 baud to see ping results.
  lcd.begin(16, 2);              // start the library
 lcd.setCursor(0,0);
 lcd.print("panjang benda");
}
void loop() {
  delay(1000);                     // Wait 100ms between pings (about 20 pings/sec). 29ms should be the shortest delay between pings.
  Serial.print("Panjang Benda: ");
  Serial.print(41-sonar.ping_cm()); // Send ping, get distance in cm and print result (0 = outside set distance range)
  Serial.println("cm");
  lcd.setCursor(0,1); 
  lcd.print(41-sonar.ping_cm());
lcd.print(" cm");
  lcd.print(" ");
}

Minggu, 25 Februari 2018

BIOGRAFI KH. ABDULLOH THOHIR

KH. ABDULLOH THOHIR
SOSOK PENUH ROHMAT PANUTAN UMAT

Mbah Yai Dollah adalah sapaan akrab Almarhum Almaghfurlah KH. Abdullah Thahir, beliau satu diantara ulama kharismatik diwilayah banyuwangi selatan. Beliau lahir di demak pada hari Jum’at Pon 9 Dzul Qoidah 1345 H (Tanggal 10 Juni 1927,  satu tahun setelah berdirinya Jam’iyah Nahdhotul Ulama ) Beliau adalah putra kedua  pasangan KH. Thohir dan Nyai Hj. Muslikhah dari lima bersaudara, Si Mbah Tasniah, Si Mbah Yai Dollah, Si Mbah Siti, Si Mbah Abror, dan Si Mbah Asrori
Keluarga KH. Abdullah Thohir, sejak dari zaman kakek kakeknya dahulu hingga pada zamanya adalah keluarga besar yang kehidupan sehari harinya tidak lepas dari nilai nilai keislaman. KH. Abdullah Thohir merupakan penerus dari pendiri sekaligus pengasuh pertama Pondok Pesantren Darul Muttaqin Siliragung yaitu Almarhum KH. Ma’shum (wafat : Sumatera)
Sebagaimana lazimnya putra Kyai beliau dipondokan dan memulai pengembaraan ilmu kepada Mbah Yai Ibrohim dusun Jalen, desa Setail, Genteng yang sangat terkenal dengan sosok linuwih / Khoriqul Adat, (Dzadab:pes) selanjutnya beliau mengikuti gurunya Si Mbah KH. Muhtar Syafaat tholabul ilmi di Blokagung. Yang dipelajari semasa mondok bukan hanya kitab kitab mu’tabaroh karya ulama salaf seperti Ihya Ulumiddin, Tafsir Jalalain, Kitab kitab fiqih Bajuri, I’anatu Tholibin dll akan tetapi beliau juga mempelajari ilmu thoriqoh, sebagai mana yang diceritakan oleh Istri beliau Mbah Nyai Hj. Muslimah pernah suatu ketika beliau suluk (istilah dalam ilmu thoriqoh) sampai 40 hari tidak pulang ke Ndalem dalam rangka bagian dari amaliyah thoriqoh
Mbah Yai Dollah, dimata keluarga, santri dan masyarakat terkenal dengan sosok yang Ahli Ibadah,  sabar dan tabahur fil ilmi  terbukti semasa hidup seluruh aktifitasnya tidak lepas dari landasan ilmu agama (Qur’an dan Hadits) diantaranya beliau tidak pernah (ngendikan:jawa)apabila menurut beliau tidak penting, seperti yang diungkapkan Mbah Nyai Hj. Muslimah. “Njenengan nopo nyatru kulo to Bah? Kok sedinten mboten matur nopo nopo?” kemudian Mbah Yai Dollah menjawab “Lha ape omong opo wong gak enek seng penting” Hal tersebut sesuai dengan Hadits Nabi SAW; Man kaana yu’minu billahi wal yaumil akhiri fal yaqul khairan au liyasmut”. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia berkata yang baik atau diam. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim, dari Abu Hurairah). Senada pula dengan sebuah ungkapan “Andaikata bicara itu perak maka diam itu emas”  Sungguh “Simbol Keteladanan” yang perlu untuk kita contoh
Dikalangan santri Mbah Yai Dollah merupakan sosok yang sangat sabar, tlaten, tawadhu’ terhadap ilmu hal ini tercermin  saat mengaji dengan para santri, dikisahkan bahwa pernah suatu ketika pengajian hanya diikuti oleh satu santri, bukan beliau lantas meng (uthlah: pes) atau meliburkan pengajian tetapi dengan penuh keistiqomahan, tlaten dan tawadhu’nya beliau ngendikan “Ngene iki aku tak niati nderes ora mulang”   Subhanalloh...... (penulis)
Dalam urusan keluarga beliau merupakan sosok yang sangat penyayang, tidak hanya pada anak  anak nya tapi juga dengan cucu cucunya, hampir setiap malam sebelum tidur pasti beliau mendongengi para cucunya sebagai pengantar tidur dengan dongeng dongeng islami, hal tersebut sesuai dengan akhlak Nabi “Wa yusyfiqu ala shibyan (Nubdzatun min akhlaqihi SAW)” selain penyayang beliau sosok penuh tanggung jawab, keseharian beliau selain beribadah, dan menyebarkan ilmu beliau terkenal sosok pekerja keras  dalam mencari Ma’isah hingga di usia senja beliau masih berdagang Kitab, minyak wangi dll di sebuah toko yang berada cukup jauh dari ndalem Beliau yang mana tanah toko tersebut dulunya milik Pak Basar yang  dijual dengan harga yang sangat murah mengingat yang membeli adalah sosok Mbah Yai Dollah.
Sebagaimana orang orang pilihan Allah lainya Mbah Yai Dollah tidak terlepas dari cerita cerita aneh tentangya, yakni diantaranya ketika beliau menunaikan ibadah haji, pernah suatu hari Masjidil Harom mengalami pemadaman listrik, keanehan terlihat disalah satu maktab yang lampunya masih menyala dengan terangnya, sontak seluruh jamaah haji sekitar maktab datang dan melihat, Subhanalloh ternyata Mbah Yai Dollah sedang membaca doa Khotmil Quran yang beliau baca kesekian kalinya ketika berada di tanah suci, keanehan semakin menjadi ketika lampu maktab Mbah Yai Dollah juga padam setelah selesai membaca doa khotmil tersebut. Allahumma Yarham lahu...
Menjelang usia senjanya beliau semakin menampakkan kedekatanya dengan sang Kholiq, suatu hari beliau gerah hingga pihak keluarga memutuskan untuk membawa ke RSNU, tapi awalnya beliau tidak kerso namun karena ketinggian ilmunya, Khusnudzon...  beliau idkholul surrur  dan akhirnya dirawat di RSNU Rogojampi. Beberapa hari dirawat, datanglah sanak keluarga, tetangga, masyarakat, kolega, untuk menjenguk Si Mbah Yai Dollah tidak terkecuali KH Zainullah Marwan, ulama yang terkenal kefaqihan nya di bumi Blambangan, selayaknya orang menjenguk Yai Marwan dengan penuh ketawadhu’anya bertanya kepada Mbah Yai Dollah; “Gerah nopo Yai Panjenengan?  Mbah Dollah kemudian menjawab; “Kulo mboten sakit Yai...” Seketika Yai Marwan menangis tersedu, dan menjawab; “Enggeh Yai Jenengan mboten sakit, kulo lan tiyang tiyang engkang sakit”  setelah  menjenguk KH. Zainulloh Marwan tidak langsung kundur belau menghampiri salah satu anaknya dan berpesan “Dirawat seng sae, mboten sembarang tiyang”... Hal tersebut sesuai dengan firman Allah “Ingatlah sesungguh wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran pada mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Yaitu orang-orang yg beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.  (Yunus 10:62-64)
Sosok Mbah Yai Dollah semakin sepuh setiap hari beliau selalu menanyakan “dino opo saiki?” seolah olah tahu kapan beliau akan sowan kepada Dzat yang beliau rindukan, lazimnya seseorang ketika menjelang wafat, sanak keluarga bahkan masyarakat berkumpul untuk membacakan surat surat pilihan ataupun kalimat thoyibah, tidak terlapas pada waktu itu manaqib dibacakan oleh jamaah  dihadapan Mbah Yai Dollah anehnya ketika selesai membaca dan ditutup dengan doa bukannya  imam yang membaca doa akan tetapi justru Mbah Yai Dollah dengan sisa tenaga beliau mengangakat kedua tangan dan memimpin doa, hingga tepatnya hari jum’at 28 Shofar 1429 atau 7 Maret 2008 Mbah Dollah berpulang ke Rahmatullah, suasana duka tak terbendung khususnya masyarakat sekitar banyuwangi selatan, hiruk pikuk masyarakat untuk hormat kepulangan beliau sungguh nampak pada saat itu, hingga saat pemberangkatan jenazah bukanya orang yang berjalan memikul tapi seakan akan keranda berjalan dengan sendiri saking banyak dan berebutnya orang untuk hormat kepada sosok Mbah Yai Dollah. Makam Beliau berada diselatan masjid, dan lokasi tersebut memang sudah beliau wasiatkan, setelah beliau bermimpi bertemu dengan seseorang dan menunjuk lokasi tersebut, diyakini bawa sosok dalam mimpinya tersebut adalah Nabi Khidlir.
Kisah keramat Mbah Yai Dollah semakin nampak, diceritakan dari Ali Maksum santri asal sumatera bahwa pada suatu hari sebelum wafat beliau berada di Sumatera, silaturahmi dan memberikan tausiyah, di waktu yang sama Beliau terbaring gerah di kamar Ndalemnya  dan seakan akan  tidak mungkin untuk melakukan aktifitas apalagi untuk pergi ke luar kota.
Sepeninggal Mbah Yai Dollah, Nyai Hj. Muslimah dirawat dan diasuh ketujuh anaknya dan atas kehendak Allah Alhamdulillah kesemuanya telah menyempurnakan rukun Islamnya yakni Haji ke tanah suci Mekah Al Mukaromah, hal tersebut tidak terlepas dari ikhtiyar doa Almarhum Si Mbah Dollah semasa hidupnya bahwa semoga kesemuanya anak anak ku bisa pergi haji, ketujuh penerus Si Mbah KH. Abdullah Thohir:
Hj. Furotun
Hj. Nuriyyah
KH. Syukron Makmun
Hj. Siti Rodliyah
Hj. Siti Rofi’ah
Hj. Siti Nur Latifah
Hj. Umi Afifah
Selamat Jalan Mbah Yai.... Allahumma firlahu warhamhu wa’afihi wa’fu ‘anhu...
Semoga dengan membaca sekelumit riwayat beliau menjadikan kita semakin termotivasi untuk menjadi orang yang lebih baik dan lebih baik lagi, Amiin ..